Wanita Cantik Dalam Pusaraan Korupsi (Pencucian Uang)


Jakarta - Praktek tindak pidana korupsi di Indonesia kian subur terjadi. Persoalan gender sepertinya tak menjadi batasan seseorang melakukan tindak pidana korupsi. Tak kalah dengan kaum adam, kaum hawa belakangan ini juga ramai diperbincangkan masuk dalam pusara kasus korupsi.
Fenomena yang cukup miris dirasakan manakala hadir sejumlah wanita cantik yang notabenennya public figure masuk pusara kasus korupsi. Misalnya, mantan Puteri Indonesia yang merupakan mantan anggota Banggar DPR asal Partai Demokrat, Angelina Sondakh yang masuk pusara kasus suap pembahasan anggaran di Kemendiknas.
Dan yang kini jadi bahan perbincangan, kasus tindak pidana pencucian uang dan suap impor daging dengan tersangka Ahmad Fathanah. Sejumlah nama wanita cantik terungkap ikut masuk pusara. Misalnya artis Ayu Azhari dan model cantik Vitalia Sesha. Keduanya dikabarkan ikut kecipratan duit hasil dari tindak pidana Ahmad Fathanah yang merupakan orang dekat mantan Presiden PKS, Lutfhi Hasan Ishaaq.
Sebelumnya, artis Cici Tegal juga sempat tenar lantaran ikut terseret pusara korupsi pengadaan alat kesehatan di Departemen Kesehatan.
Dari beberapa nama beken yang ikut masuk pusara kasus korupsi, tak dapat dipungkiri terafiliasi dengan kekuasaan. Bukan tanpa sebab mereka dekat dengan kekuasaan. Sebab, mereka akan dapat kemudahan. Misalnya untuk keperluan pekerjaan atau hanya untuk sekedar membiayai hidup yang dapat dikatakan glamour. Kocek yang dikeluarkan pun terbilang lumayan wah untuk membiayai mereka.
Namun, hal itu bukan tanpa pamrih. Sebab, ada bargaining diantara mereka. Entah sekedar menemani makan siang atau sampai beranjak ke ranjang.
"Wanita bagian dari konstalasi politik. Ini sangat erat antara politik dengan wanita, dan wanita dengan kekuasaan. Menghalalkan segala," kata pengamat hukum Universitas Pajajaran (Unpad), Yesmil Anwar, saat berbincang dengan CentroOne.com, Rabu (8/5/2013).
Untuk wanita yang berkiprah di kancah politik, Yesmil tak menampik motif memperkaya diri sendiri atau memperkaya orang lain atau partainya. Sementara wanita cantik baik public figur maupun tidak yang dekat dengan kekuasaan akan diuntungkan.
"Sangat miris. Ini terjadi dekadensi moral," tegasnya.
Melihat kondisi seperti itu, Yesmil menyarankan agar aparat penegak hukum seperti KPK harus serius menanganinya. Yesmil sepakat jika koruptor dijerat Undang-undang pencucian Uang (TPPU). Pun termasuk pihak-pihak yang diduga ikut menyamarkan aset dari hasil korupsi para pengusa, yang kabarnya saat ini merembet sampai wanita cantik.
"Mereka harus dijerat. Penegak hukum dapat gunakan UU TPPU," pungkas Yesmil.
Pengamat sekaligus Direktur Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia (Fitra), Uchok sky Khadafi mengamini perilaku menyimpang para politisi dan pejabat yang menjalin 'hubungan' dengan wanita cantik.
Menurut Uchok terjadi proses 'take and give' diantara mereka. Bahkan menurut Uchok, 'take and give' tersebut berujung pada kepuasan hasrat semata.
"Dengan kemolekan tubuh mereka, mendekati atau didekati, bisa juga untuk "diumpan" buat para politisi atau pejabat negara yang haus seks. Kata umpan disini, agar bisa menakluk hati politisi atau pejabat negara agar kebijakan mereka berubah untuk kepentingan yang mengumpan," ucap Uchok saat berbincang dengan Centroone.com.
"Seks perempuan bagi pejabat negara adalah "barang" yang bisa ditukar antara kepentingaan umum dengan kepentingaan pribadi. Artinya, kepentingaan pribadi yaitu seks katakan begitu lebih penting daripada kebijakan negara untuk kesejahteraan rakyat secara umum," ditambahkan Uchok.
Sementara wanita cantik dapat dikatakan memanfaatkan kondisi hausnya 'hidung belang' para politisi dan pejabat negara. Sedangkan, disinyalir para politisi dan pejabat mengeluarkan kocek untuk keperluan tersebut dari uang negara yang dikorupsinya.
"Publik pigur, artis, atau model seks dan cantik berapa sih penghasilan mereka? Kalau dikatakan besar, iya! Tapi kehidupan mereka sangat glamour, hura-hura, hedonis, dan mengeluarkan belanja yang besar. Jadi, untuk menutupi anggaran belanja yang besar dengan penghasilan yang tidak bisa menutupi belanja, biasanya para para artis secara tidak langsung masuk ke 'dunia politik'," ungkapnya.
"Jadi, mental bobrok itu adalah para pejabat negara ini," tegas Uchok.
Terkait kasus Ahmad Fathanah yang bergelimang harta yang diduga diperoleh dari hasil tindak pidana korupsi dan dikabarkan mempunyai banyak istri dan selir, Uchok menilai hal yang wajar. Apalagi, jalan mendapatkan uang haram tersebut lantaran memiliki hubungan kedekatan dengan penguasa, salah satunya dengan mantan Presiden PKS.
"Banyak duit dan banyak selir disebabkan kedekatan dengan kekuasaan. Dekat dengan kekuasaan berarti banyak dapat duit tanpa bekerja keras, modalnya hanya lobi, dan dekat atau punya jaringaan perusahaan yang membutuhkan izin impor sapi. Jadi, sudah terbukti bahwa PKS bukan untuk orang sederhana, orang miskin, tapi dari kasus impor sapi ini PKS adalah partai yang mencari materi walaupun dilakukan dengan korupsi," pungkas Uchok.
Anggota Komisi III, Taslim Chaniago mengamini politisi atau pejabat negara tak dapat dipisahkan antara harta, tahta, dan wanita. Namun, menurutnya, hal tersebut kembali lagi pada personalnya atau pribadinya.
"Ada tiga hal yang sangat sulit dipisahkan yaitu harta, tahta dan wanita, ini memang sudah digariskan dari dulunya, nah sekarang bagaimana para pejabatnya, apakah akan serakah untuk ke tiga hal tersebut," ujar Taslim kepada CentroOne.com.
Menurut politisi PAN ini, yang terjadi saat ini adalah para pejabat kita sudah sangat lemah imannya terhadap harta dan wanita itu.
"Kalau boleh di bilang kita sudah mengalami degradasi moral yang dahsyat, tidak hanya para pejabat tapi juga para perempuan cantik yang mencoba mencari harta dengan jalan pintas dan mudah," ungkapnya.
Sementara, sambung Taslim, para pejabat di Indonesia saat ini kekuasaan bukanlah lagi jalan untuk memperbaiki nasib bangsa, tetapi lebih cenderung pada kepentingan harta dan wanita.
"Karena mereka juga tidak paham maknanya kekuasan sementara mereka berada pada pusaran kekuasan itu sehingga mereka terlibat dalam penyalah gunaan kekuasaan, publik figure juga terkadang bukanlah hal yang baik untuk kekuasaan," tandasnya.

No comments:

Post a Comment